LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Penentuan
Konsentrasi Hambat Minimum
Nama / Nim : Neddy
Ferdiansyah / 08101004016 Kelompok : IV (Empat)
Asisten : Novida
R Sinaga Tanggal
: 11 April 2013
I.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan agar
mampu melakukan uji penentuan MIC suatu senyawa anti bakteri dengan bakteri uji
tertentu dan agar mampu menetukan nilai MIC berdasarkan hasil uji (diameter
zona hambat) yang dilakukan.
II. LANDASAN TEORI
Konsentrasi terendah dari tabng bulyen atau serum dimasukkan
sebagai konsentarsi zat anti bakteri. Ada dua cara penentuan konsentrasi hambat
minimum, yait cara pengjian dalam lempeng pembiakan dan cara pengenceran dalam
tabung pembiakan. Subkltur dari KHM akan memperlihatkan tidak lebih dari
beberapa koloni, sedangkan sbkultur dari beberapa tabung yang lebih baik atau
kecil dari KHM memperlihatkan pertumbuhan subur. Tabung memperlihatkan
pertumbuhan menunjukan konsentrasi zat antibakteri dengan aktivitas mematikan
(Irianto 2006: 91).
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya
penghambat kegiatan mikroorganisme yang
lain. Antibiotik yamg efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil,
maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum yang luas. Sebaliknya, suatu
antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang
spektrumnya sempit. Sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan
pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotik itu diujikan efeknya
terhadap spesies bakteri tertentu. Ada beberapa antibiotik yang tidak
dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan oleh golongan bakteri sendiri,
misalnya tirotrisin yang dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin
oleh Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa. Antibiotik yang pertama
dikenal adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Penicillium
(Dwidjoseputro 1994 : 103).
Zat kimia akan menghambat atau mematikan
mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat, seperti perak dan tembaga
sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan amonium
kueterner. Mikroorganisme dapat
disingkirkan, dihambat, atau dibunuh dengan sarana atau proses fisik, atau
bahan kimia. Tersedia berbagai teknik dan sarana yang bekerja menurut berbagai
macam cara yang berbeda-beda dan masing-masing mempunyai keterbatasan
sendiri-sendiri di dalam penerapan praktisnya. Suatu sarana fisik dapat
diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik yang menyebabkan suatu perubahan. Beberapa
contoh sarana fisik ialah suhu, tekanan, radiasi, dan penyaringan. Suatu proses
fisik adalah suatu prosedur yang mengakibatkan perubahan, misalnya pembakaran,
sterilisasi, dan sanitasi. Suatu keadaan
yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatis (Pelczar dan
Chan 2005 : 486).
Toksin merupakan metabolik toksik atau senyawa
beracun yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia akibat di
timbulkannya tidak saja menyebabkan keracunan, sakit tetapi juga dapat
menyebabkan kematian. Hampir semua
golongan mikroba dapat menghasilkan toksik, termasuk bakteri, jamur, dan mikro
alga karena peranannya secar langsung terhadap kehidupan manusia untuk membasmi
toksin yang di hasilkan oleh mikroba ini, maka akan di butuhkan senyawa-senyawa
antimikroba (Suriawiria 1998 : 103).
Kerusakan sel-sel mikroorganisme akibat pengaruh
mikrosida dapat terjadi dengan beberapa cara.
Kematian organisme tersebut dapat di sebab kan oleh denaturasi dan
koagulasi. Selain itu faktor yang
mempengaruhi sterilisasi dan desinfektan adalah herbisida pengaruh
oligidinamika, desinfektan, dan koefisien fenol. Bahan anti mikrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme mikroba. Dalam penggunaan umum, istilah ini menyatakan penghambatan
pertumbuhan, dan bila dimaksudkan untuk kelompok-kelompok organisme yang
khusus, maka seringkali digunakan istilah-istilah seperti antibakterial atau
antifungal. Beberapa bahan antimikrobial digunakan secara khusus untuk
mengobati infeksi. Ini disebut dengan bahan terapeutik (Irianto 2006 : 77).
Temperatur
merupakan salah satu faktor yang paling penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada
daerah temperatur yang luas. Di dalam
alam yang sewajarnya, jarang-jarang bakteri menemui zat-zat kimia yang
menyebabkan ia sampai mati karenanya. Setiap
makhluk hidup itu sangat tergantung kepada keadaan sekitarnya, terlebih- lebih,
mikroorganisme. Makhluk hidup ini dapat
menguasai faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya akan sama sekali tergantung
kepada keadaan sekelilingnya. Satu jalan untuk menyelamatkan diri adalah
menyesuaikan diri atau beradaptasi kepada pengaruh faktor luar. Penyesuaian
diri dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi
dapat pula suatu perubahan ini bersifat permanan (Suriawiria 1998 : 95).
Kehidupan
bakteri tidak hanya mempengaruhi bentuk morfologi tetapi akan juga dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan, misalnya bakteri termogenesis yang menimbulkan panas
dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri dapat pula mengubah pH dari medium tempat
ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor lingkungan dapat di bagi atas faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor biotik
terdiri atas faktor makhluk hidup
sedangkan faktor abiotik (Dwidjoseputro 1998 : 97).
Zat antibakteri dapat bersifar bakterisidal atau
membunuh bakteri – bakteri stati atau menghambat pertumbuhan bakteri,
germisidal atau menghambat germinasi spora bakteri. Dalam kemampuan suatu zat
antimikrobia dalam menghambat pertumbuhan bakteri di pengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya konsentrasi zat pengawet, jenis, jumlah, umur dan keadaan
mikrobia, suhu, waktu, sifat kimia dan fisik makanan termasuk kadar air, pH,
jenis dan jumlah komponen yang ada di dalamnya. Ruang lingkup bakteri yang
dapat di pengaruhi zat anti bakteri disebut juga dengan spektrum antibakteri.
Senyawa natibakteri di definisikan sebagai senyawa biologis atau kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas suatu bakteri (Irianto 2006 : 77).
Selain faktor
fisik, pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh faktor kimia, yaitu air,
sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, mineral, faktor tumbuh dan bahan
kimia, itu dengan menggunakan desinfektan. Desinfektan ini dapat mematikan sel
vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentik-bentuk spora mikroba penyebab
penyakit. Selain dengan desinfektan juga dapat digunakan antiseptik yang
melawan infeksi (Anonim 2013: 1).
III. CARA KERJA
1.
Pembuatan suspensi bakteri uji
Diinokulasikan
masing-masing dua sampai empat ose E. coli dan B. subtilis dalam
larutan garam fisiologis 10 ml dalam tabulasi. Dihomogenkan
menggunakan supermikser kurang lebih satu menit.
2. Pembuatan seri konsentrasi senyawa antibakteri
Dibuat seri
konsentrasi pertama secara bertingkat, mulai dari 0% , 2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Masing-masing dengan pelarut aquades dalam
botol vial dengan volume 1 ml. Dibuat seri konsentrasi kedua berdasarkan hasil
pengamatan pada konsentrasi pertama. Kemudian dibuat seri konsentrasi ketiga
berdasarkan hasil pengamatan pada seri konsentrasi kedua.
3. Penyiapan medium KHM
Dibagi dua Petri disk masing-masing
menjadi 6 bagian berdasarkan jari-jarinya. Masing-masing Petri disk yang berisi
media agar lempeng diinokulasikan 0,1 ml suspensi E. coli dan B.
subtilis. Diletakkan masing-masing paper disk yang sudah dicelupkan nati
bakteri dari konsentrasi 0 % sampai yang tertinggi. Diinkubasi pada suhu 37 0C
selama 2 kali 24 jam. Ukur diameternya cxari konsentrasi terkecil yang
menunjukkan zona hambat lebih besar dibandingkan dengan control. Kemudian
dibuat seri pengenceran kedua,m dilakukan uji yang sama pada seri pengenceran
pertama sampai didapatkan konsentrasi terkecil yang masih menunjukkan zona
hambat.
IV. HASIL PENGAMATAN
Table 1. Luas zona hambat (mm) senyawa antibakteri Seri konsentrasi
I
Amoxillin + E. Coli
Seri Konsentrasi I
|
Lunas Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
-
|
Kontaminan
|
2%
|
-
|
Kontaminan
|
4%
|
-
|
Kontaminan
|
6%
|
-
|
Kontaminan
|
8%
|
-
|
Kontaminan
|
10%
|
9,8125
|
Terbentuk zona (lonjong)
|
Amphicillin + E.
Coli
Seri Konsentrasi I
|
Luas Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
-
|
-
|
2%
|
-
|
Maksimum
|
4%
|
7,95
|
Maksimum
|
6%
|
9,8125
|
Maksimum
|
8%
|
-
|
Ada zona bening
|
10%
|
-
|
Ada zona bening
|
Amoxillin + S.
Aureus
Seri Konsentrasi I
|
Luas Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
0,5652
|
Terbentuk zona (lonjong)
|
2%
|
-
|
Maksimum
|
4%
|
-
|
Maksimum
|
6%
|
11,873
|
Terbentuk zona
|
8%
|
8,67
|
Terbentuk zona
|
10%
|
9,81
|
Terbentuk zona
|
Amphicillin + S. Aureus
Seri
Konsentrasi I
|
Luas
Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
-
|
-
|
2%
|
-
|
Maksimum
|
4%
|
-
|
Maksimum
|
6%
|
-
|
Maksimum
|
8%
|
9,8125
|
Ada zona bening
|
10%
|
11,4453
|
Ada zona bening
|
Table 2. Luas zona hambat (mm) senyawa antibakteri
Seri konsentrasi II
Amoxillin + E. Coli
Seri Konsentrasi II
|
Lunas Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
16,58
|
Terbentuk zona (lonjong)
|
0,4%
|
-
|
Maksimum
|
0,8%
|
-
|
Maksimum
|
1,2%
|
-
|
Maksimum
|
1,6%
|
-
|
Maksimum
|
2%
|
6,28
|
Terbentuk zona (bulat)
|
Amphicillin + E.
Coli
Seri Konsentrasi II
|
Luas Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
-
|
-
|
0,4%
|
-
|
-
|
0,8%
|
16,58
|
Ada zona bening
|
1,2%
|
7,95
|
Ada zona bening
|
1,6%
|
-
|
Maksimum
|
2%
|
-
|
Maksimum
|
Amoxillin + S.
Aureus
Seri Konsentrasi II
|
Luas Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
-
|
Kontaminan
|
0,4%
|
-
|
Terbentuk zona
|
0,8%
|
9,81
|
Maksimum
|
1,2%
|
-
|
Maksimum
|
1,6%
|
-
|
Maksimum
|
2%
|
6,28
|
Terbentuk zona (bulat)
|
Amphicillin + S. Aureus
Seri
Konsentrasi I
|
Luas
Zona Hambat (mm)
|
Keterangan
|
0%
|
-
|
-
|
0,4%
|
-
|
Maksimum
|
0,8%
|
-
|
Terbentuk
zona
|
1,2%
|
16,58
|
Terbentuk
zona
|
1,6%
|
16,58
|
Ada zona bening
|
2%
|
-
|
Maksimum
|
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang berjudul penentuan
konsentrasi hambat minimum ini dapat diketahui luas zona hambat yang terbentuk
akibat adanya pemberian zat-zat antibiotik pada medium yang telah di tanam bakteri
yang menggunakan 2 jenis yaitu Escherichia coli dan Basillus
subtilis. Zona bening terbentuk
karena pertumbuhan Escherichia coli dan Basillus subtilis terhambat.
Menurut Dwijoseputro (1998 : 103) bahwa antibiotic adalah zat-zat yang
di hasilkan mikroorganisme dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun
mempunyai daya hambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies
banyak bakteri baik cocus, basil maupun spiral, dikatakan mempunyai spectrum
yang luas.
Praktikum ini
dilaksanakan dengan menggunakan bakteri Escherichia coli
dan Basillus subtilis yang
diberi perlakuan menggunakan amoxilin dan amphichilin dengan konsentrasi 0%,
0,2%, 0,6%, 0,8%, dan 2% dapat dilihat semakin besar konsentrasi yang digunakan
maka daya hambatnya juga semakin besar. Menurut Pendapat Pelczar (2005: 457),
bahwa peluang untuk mengenai suatu sasaran yang harus sebanding tidak hanya
terhadap jumlah zat tetapi juga terhadap jumlah sasaran, semakin tinggi jumlah
konsentrasi yang kita berikan dalam suatu waktu tertentu, maka semakin banyak
bakteri yang mati.
Penentuan konsentrasi
hambat minimum dapat di lakukan dengan cara pengenceran dalam tabung pembiakan
konsentrasi yang terendah yang masih menghambat. Anti Mikrobial dipengaruhi
oleh factor-faktor tertentu diantaranya ialah konsentrasi. Pada
praktikum ini konsentrasi yang terendah dari tabung tersebut adalah terendaah
0,2%. Menutur pendapat Dwidjoseputro
(2005: 104), bahwa faktor-faktornya dalah jumlah mikroorganisme, semakin banyak
jumlah mikrobia maka semakin banyak waktu yang diperlukan dengan tingkatan
konsentrasi tertentu.
Daya hambat suatu senyawa
sangat berpengaruh pada konsentrasi yang diberikan. Menurut Pelczar (2005: 457), bahwa
sebelum suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobastan, maka perlu
terlebih dahulu antibiotik di muji efek nya terhadap spesies bakteri tertentu. Kemampuan antibiotik dapat ditentukan dengan
mengamati konsentrasi terendah antibiotik yang masih mampu mematikan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Semakin tinggi konsentrasi senyawa
antibakteri, maka daya hambatnya semakin besar. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah konsentrasi senyawa antibakteri, maka semakin kecil pula daya
hambatnya. Konsentrasi terendah yang masih mampu menunjukkan daya hambat
disebut sebagai konsentrasi hambat minimum
Perbedaan
nilai pada Konsentrasi Hambat Minimum disebabkan diduga karena bakteri gram
positif lebih rentan terhadap senyawa antimikrobia. Menurut Pendapat Suriwiria
(1999 :13) Lapisan polisakarida pada bakteri gram negatif berfungsi sebagai
penghalang terhadap masuknya beberapa macam substansi, termasuk senyawa
antimikrobial. Sedangkan bakteri gram positif tidak mengandung lapisan
polisakarida ternyata lebih peka terhadap sejumlah senyawa antimikrobia.
Menurut Pendapat Pelczar (2005 : 947) yang menyatakan bahwa Escherichia coli
merupakan bakteri yang bersifat gram negatif, sedangkan Staphylococus aureus
merupakan bakteri yang bersifat gram positif. Selain itu terdapat ciri-ciri
yang lainnya, antara lain Echerichia coli merupakan bakteri berbentuk
batang, motil dengan flagelum peritrikus, atau nonmotil.
Amoxilin dengan konsentrasi terendah masih dapat
menghambat pertumbuhan bakteri sedangkan pads konsentrasi ampicilin juga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri tetapi lebih baik dengan menggunakan
amoxilin. Menurut Anonim (2013 : 1),
Suatu zat antibiotik kemotrapeutik yang ideal hendaknya memiliki
sifatkonsentrasi antibioptik di dalam jaringan harus dapat mencapai taraf yang
cukup tinggi sehingga mampu menghambat penyebab infeksi, memiliki taraf
kelarutan yang tinggi dalam zat air tubuh, tidak mengakibatkan akan
berkembangnya bentuk-bentuk resisten dan tidak melenyapkan flora mikrobanormal.
Berdasarkan data yang diperoleh masih belum jelas
pada konsentrasi berapa yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Seharusnya semakin kecil konsentrasi maka semakin kecil pula kemungkinan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Pelczar (2005 : 453), ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kerja antimikrobial, yaitu konsentrasi atau
intensitas zat antimikrobial, jumlah organisme, suhu, spesies mikrooganisme,
kemasaman/kebasaan (pH), ada tidaknya bahan organik dalam desinfektan
mikroorganisme.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Besarnya
daya hambat dipengaruhi konsentrasi senyawa antimikrobial.
2. Luasnya
zona bening tergantung konsentrasi senyawa terkandung.
3. Pada
antibiotik ampicilin semuanya menghambat pertumbuhan bakteri.
4. Antibiotik
ampicilin lebih menghambat pertumbuhan dari pada amoxilin.
5. Semakin banyak jumah mikroba maka waktu yang
dibutuhkan semakin lama.
0 komentar:
Post a Comment