LEMBAR HASIL
KERJA
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
JudulPraktikum : Desinfeksi dan Desinfektan
Nama
/ NIM :
Neddy Ferdiansyah / 08101004016 Kelompok : V (Lima)
Asisten : Erni Angraini Tanggal :
29-12-2011
I.
TUJUAN
PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah :
Melihat pengaruh berbagai macam
desinfektan terhadap pertumbuhan mikroba.
II.
LANDASAN
TEORI
Zat-zat anti mikroba
yang dipergunakan, baik untuk antoseptik maupun untuk desinfeksi harus terlebig
dahulu diuji keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut
adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Tes ini dilakukan untuk
membandingkan aktivitas dari suatu rpoduk dengan daya bunuh fenol dalam kondisi
tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba, dicampurkan
dengan volume tertentu. Desinfektan yang akan diuji diencerkan menurut
perbandingan tertentu. Misalnya, kita membuat dua larutan fenol, yaitu (1:9)
dan yang lain (1:100). Disamping itu, kita juga membuat beberapa larutan suatu
desinfektan A yang akan dibandingkan khasiatnya dengan fenol (Waluyo 2005:
143).
Umumnya bakteri yang
muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada jenis bakteri yang
lebih tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya waktu dibawah pengaruh
desinfektan merupakan beberapa faktor-faktor yang perlu dipertimbangakan pula.
kenaikan yag terjadi pada temperatur menambah daya desinfektannya.
Selanjutanya, medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma darah,
dan zat-zat yang lain yang serupa dengan protein, sering berperan melindungi
bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Zat-zat yang dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan suatu bakteri dapat dibagi atas jenis garam-garam
logam, fenol, dan senyawa-senyawa sejenis (Dwidjoseputro 2010: 99).
Fenol untuk pertama
kalinya digunakan Lister didalam suatu ruang bedah sebagai germisida, untuk
mencegah timbulnya infeksi pasca pembedahan. Pada konsentrasi yang rendah (2-4%),
daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif,
dan selain itu juga berperan merusak membran sel dengan cara menurunkan
tegangan permukaannya. Senyawa fenol merupakan standar pembanding untuk
menentukan aktivitas atau khasiat suatu jenis desinfektan (Anonim 2011: 1).
Alkohol merupakan zat
yang paling efektif dan dapat diandalkan sabagai senyawa untuk sterilisasi dan
desinfektan. Senyawa alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan
juga merupakan suatu pelarut lemak. Oleh karena itu, membran sel akan menjadi
rusak, dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh senyawa alkohol. Etanol murni kirang
daya bunuhnya terhadap suatu mikroorganisme. Jika dicampur dengan air murni,
efeknya akan menjadi lebih baik. Alkohol (50-70 %) banyak dipergunakan sebagai
desinfektan (Waluyo 2005: 135).
banyaknya macam sel-sel
mikroorganisme yang harus dimusnahkan. Kalaupun ada suatu desinfektan yang
ideal, maka zat tersebut haruslah memilikiserangakai sifat yang hebat pula.
Tidaklah akan pernah dijumpai jenis satupun persenyawaan yang memiliki
sifat-sifat demikian. Spesifikasi yang diuraikan dapat diusahakan untuk mencapai
penyiapan jenis senyawa-senyawa antimicrobial (Pelczar 2009: 487).
Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan
desinfeksi. Seringkali sebagai sinonim digunakan istilah
antiseptik, tetapi pengertian desinfeksi
dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati, seperti lantai, piring, pakaian.
Zat-zat yang menghambat pembiakan mikroorganisme dengan tiada membunuhnya
dinamakan antiseptik. Antiseptik dan desinfektan dapat merupakan zat yang sama
tetapi berbeda dalam cara penggunaannya. Atiseptik digunakan pada jaringan
hidup, sedangkan desinfektan digunakan untuk bahan-bahan tidak bersenyawa (Irianto 2006: 76).
III.
CARA KERJA
1.
Pengujian daya desinfeksi zat-zat kimia terhadap bakteri
Dibuat biakan tabur masing-masing E. coli dan S. aureus.
Setelah padat dan dingin, dimasukkan secara aseptik paperdisk yang telah
dicelupkan dalam masing-masing zat kimia (Iodium, Betadin, Alkohol dan
Detergen). Diinkubasi selama 48 jam dan diamati diameter zona hambat.
2.
Pengujian daya antibiotik
Dibuat biakan tabur masing-masing E. coli dan S. aureus.
Setelah padat dan dingin, ditaruh secara aseptik paperdisk yang telah
dicelupkan dalam masing-masing antibiotik (Amphicilin dan Amoxcilin).
Diinkubasi selama 48 jam, diamati diameter zona hambat.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Pengaruh Desinfektan
Desinfektan
|
Pertumbuhan
|
|
S.
sureus
|
E.coli
|
|
Alkohol 70%
|
-
|
Kontaminan
|
Betadine
|
-
|
Terbentuk
zona bening
|
Iodium 10%
|
-
|
Kontaminan
|
Detergen
|
-
|
Kontaminan
|
2.
Deskripsi
Gambar
Keterangan
:
1. Alkohol
2. Deterjen
3. Zona
bening
4. Betadine
5. Iodium
6. Kontaminan
7. Kontaminan
8. Kontaminan
3.
Pengujian
Daya Antibiotik
Keterangan
:
1. Kontaminan
2. Medium
3. Amoxcilin
4. Amphicilin
Diameter
Luar => Panjang = 2,8 cm
Lebar = 2,5 cm
DD = 0,6 mm = 0,06 cm
DL = Panjang + Lebar
Luas
Zona Bening = π {1/2
(DL – DD)}
= 3,14 {1/2
(5,3 – 0,06)}
= 3,14 (1/2
x 5,24)
= 8,23
V.
PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kita
melakukan pengujian daya desinfeksi dan antibiotik untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap pertumbuhan bakteri. Berbagai macam desinfektan digunakan
dalam percobaan ini, baik itu zat kimia maupun zat antibiotik. Hal ini sesuai
dengan pendapat dari Dwijoseputro (1994: 87), bahwa usaha untuk memusnahkan
mikroorganisme dengan menggunakan disinfektan yaitu zat kimia yang digunkan
untuk mendisinfeksi deisebut dengan disinfeksi.
Praktikum kali ini dapat dilihat hasil pada percobaan biakan terhadap
desinfeksi terhadap zat-zat kimia terhadap hasil yang didapat berupa zat
bening, namun pada pengujian terdapat zona bening. Kegagalan pada pengujian
zat-zat antibiotik yang terjadi pada saat kurang smpurna dan mengakibatkan
pembiakan bakteri tidak kimia. Menurut pendapat Anonim (2011: 1), bahwa zat kimia yang sering digunakan adalah amoxilin, ciproflaxsin, betadine dan
zat-zat lain. Medis yang digunakan dalam pemusnahan mikroorganisme secara medis
yang bisa dipakai untuk menghindari infeksi pada alkohol juga digunakan untuk
sterilisasi.
Faktor utama yang dapat menentukan bagaimana disinfektan
bekerja adalah kadar disinfektan, waktu yang diberikan kepada disinfektan untuk
bekerja, suhu disinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan bahan
yang didisinfeksi. Menurut pendapat Volk (1993: 219), bahwa sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan
tugas sebaik mungkin dalam larutan cair sekitar 37% formaldehide (formalin)
dapat menghancurkan spora bakteri dan fungi, namun uapnya yang tajam mengganggu
penggunaannya. Detergen merupakan agen aktif yang dapat mengeluarkan pengaruh
disinfeksinya dengan perusakan membran dan denaturasi protein.
Disinfektan dan antiseptik berbeda terhadap antimikrobia yang aktif secara
sistematik dalam hal toksisitas selanjutnya, yang mana mereka mempunyai
toksisitas tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga pada sel inang. Oleh
karena itu, mereka hanya dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada
lingkungan mati atau pada permukaan kulit. Mereka dapat tidak diberikan secara
sistematik. Menurut Jawetz (2005: 245) bahwa
cara kerja disinfektan
ditentukan oleh konsentrasi, waktu dan suhu. Oleh karena solusi disinfektan
atau gas tidak perlu berkontak dengan kulit manusia atau membran mukosa, maka
toksisitas yang lebih tinggi masih dapat diterima, sehingga mereka dapt dipakai
sebagai bahan-bahan
anti mikrobia.
Bahan yang terakhir
yaitu betadine yang tergolong senyawa Betapropiolakton. Sesuai dengan pendapat
Anonim (2011: 2) bahwa senyawa atau substansi ini mempunyai sifat yang sama
dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak
jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif.
Efeknya cepat, ini diperlukan karena Betapropiolakton dalam larutan cair
mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah
beberapa jam tidak terdapat Betapropiolakton yang tersisa. Penggunaan air panas
akan lebih efektif dibandingkan dengan air dingin. Kemudian yang kedua,
diberi sabun atau deterjen, dengan tujuan untuk melarutkan matriks lemak, dan
yang terakhir, barulah dipakai desinfeksi.
Beberapa jenis
desinfektan tidak langsung membunuh bakteri, tetapi hanya berperan untuk
menghambat pertumbuhan dan kegiatan yang terjadi pada suatu jenis koloni
bakteri saja. Sesuai dengan pendapat Waluyo (2005: 139) bahwa jenis desifektan
antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh atau dibentuk
dan dihasilkan oleh suatu jenis mikroorganisme, dan zat-zat kimia tersebut
dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya penghambat yang sangat besar
terhadap kegiatan yang dilakukan oelh suatu mikroorganisme yang lain.
Percobaan ini menghasilkan zona bening pada masing-masing cawan yang ada bakterinya dimana bakteri yang
digunakan adalah Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Menurut Irianto (2006: 78), bahwa untuk membandingkan kekuatan disinfektan dalam
menghambat pertumbuhan bakteri dapat digunakan kertas cakram. Pada metode ini
kertas cakram dengan diameter tertentu dibasahi dengan disinfektan lalu
diletakkan dalam lempengan agar yang telah diinokulasikan selama 48 jam. Jika disinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka
akan terlihat daerah jernih atau zona bening disekitar kertas cakram.
Deterjen tergolong
senyawa yang bersifat basa. Sesuai dengan pendapat Waluyo (2005: 139) bahwa
sabun bertindak terutama sebagai agent akti-permukaan, yaitu menurunkan
tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri bersama minyak dan
partikel lain menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang dalam proses pencucian.
Kemudian bahan yang lainnya yaitu fenol. Larutan fenol 2-4 % berguna bagi
desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya dari pada fenol. Lisol
ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol : lisol lebih banyak
digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lainnya. Karbol ialah nama lain
dari atau untuk fenol.
Praktikum ini digunakan
beberapa bahan desinfektan yaitu alkohol, yodium, deterjen dan betadine. Sesuai
dengan pendapat (Anonim 2011: 2) bahwa golongan alkohol merupakan bahan yang
banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan diantaranya adalah
etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan denaturasi
serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan
waktu diatas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %.
Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif
bagi virus non-lipid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan
yang kecil, tangan dan kulit.
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat
menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan disinfeksi dapat tercapai
keadaan steril, namun tidak seharusnya terkandung arti sterilisasi. Disinfeksi
biasanya dilaksankan dengan dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fenol, formaldehide, klor, iodium, atau
sublimat. Menurut Irianto (2006: 75-76) bahwa pada susu, disinfeksi (bukan sterilisasi) dilakukan dengan
pasteurisasi. Pada umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel vegetatif yang lebih sensitif tetapi bukan spora-spora yang tahan panas.
Zat-zat
antibiotik yang kita gunakan jenis
amoxicillin, karena jenis antibiotik amoxicillin ini tidak dapat membunuh suatu
jenis bakteri, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya saja. Sesuai dengan
pendapat Anonim (2011: 1) bahwa antibiotik jenis amoxicilin tidak dapat
membunuh bakteri secara langsung, tetapi dengan cara mencegah jenis bakteri
tersebut untuk membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya.
VI.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah
dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Daya
tumbuh bakteri dipengaruhi oleh suhu, pH, dan senyawa-senyawa kimia yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
2.
konsentrasi
alkohol yang paling efektif bergantung pada jumlah kelembaban yang ada.
3.
Secara
sistematik desinfektan dan antiseptik berbeda anti mikrobia yang aktif.
4.
Pada pengujian daya antibiotik bahan yang
digunakan adalah amoxilin dan amphiciln.
5. Kontaminan
terjadi oleh beberapa faktor seperti, kurang aseptik, pengaruh temperatur,
substrat, dan konsentrasinya.
0 komentar:
Post a Comment