Ads 468x60px

Sunday, 8 December 2013

Desinfeksi dan Desinfektan



LEMBAR HASIL KERJA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
JudulPraktikum     : Desinfeksi dan Desinfektan
Nama / NIM          : Neddy Ferdiansyah / 08101004016       Kelompok  : V (Lima)
Asisten                   : Erni Angraini                                          Tanggal      : 29-12-2011

I.    TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah :
Melihat pengaruh berbagai macam desinfektan terhadap pertumbuhan mikroba.

II.       LANDASAN TEORI
Zat-zat anti mikroba yang dipergunakan, baik untuk antoseptik maupun untuk desinfeksi harus terlebig dahulu diuji keefektifannya. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Tes ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas dari suatu rpoduk dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba, dicampurkan dengan volume tertentu. Desinfektan yang akan diuji diencerkan menurut perbandingan tertentu. Misalnya, kita membuat dua larutan fenol, yaitu (1:9) dan yang lain (1:100). Disamping itu, kita juga membuat beberapa larutan suatu desinfektan A yang akan dibandingkan khasiatnya dengan fenol (Waluyo 2005: 143).
Umumnya bakteri yang muda itu kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada jenis bakteri yang lebih tua. Pekat encernya konsentrasi, lamanya waktu dibawah pengaruh desinfektan merupakan beberapa faktor-faktor yang perlu dipertimbangakan pula. kenaikan yag terjadi pada temperatur menambah daya desinfektannya. Selanjutanya, medium dapat juga menawar daya desinfektan susu, plasma darah, dan zat-zat yang lain yang serupa dengan protein, sering berperan melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan suatu bakteri dapat dibagi atas jenis garam-garam logam, fenol, dan senyawa-senyawa sejenis (Dwidjoseputro 2010: 99).
Fenol untuk pertama kalinya digunakan Lister didalam suatu ruang bedah sebagai germisida, untuk mencegah timbulnya infeksi pasca pembedahan. Pada konsentrasi yang rendah (2-4%), daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga berperan merusak membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaannya. Senyawa fenol merupakan standar pembanding untuk menentukan aktivitas atau khasiat suatu jenis desinfektan (Anonim 2011: 1).
Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan sabagai senyawa untuk sterilisasi dan desinfektan. Senyawa alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan juga merupakan suatu pelarut lemak. Oleh karena itu, membran sel akan menjadi rusak, dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh senyawa alkohol. Etanol murni kirang daya bunuhnya terhadap suatu mikroorganisme. Jika dicampur dengan air murni, efeknya akan menjadi lebih baik. Alkohol (50-70 %) banyak dipergunakan sebagai desinfektan (Waluyo 2005: 135).
banyaknya macam sel-sel mikroorganisme yang harus dimusnahkan. Kalaupun ada suatu desinfektan yang ideal, maka zat tersebut haruslah memilikiserangakai sifat yang hebat pula. Tidaklah akan pernah dijumpai jenis satupun persenyawaan yang memiliki sifat-sifat demikian. Spesifikasi yang diuraikan dapat diusahakan untuk mencapai penyiapan jenis senyawa-senyawa antimicrobial (Pelczar 2009: 487).
Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk melaksanakan desinfeksi. Seringkali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati, seperti lantai, piring, pakaian. Zat-zat yang menghambat pembiakan mikroorganisme dengan tiada membunuhnya dinamakan antiseptik. Antiseptik dan desinfektan dapat merupakan zat yang sama tetapi berbeda dalam cara penggunaannya. Atiseptik digunakan pada jaringan hidup, sedangkan desinfektan digunakan untuk bahan-bahan tidak bersenyawa (Irianto 2006: 76).
III. CARA KERJA
1. Pengujian daya desinfeksi zat-zat kimia terhadap bakteri
Dibuat biakan tabur masing-masing E. coli dan S. aureus. Setelah padat dan dingin, dimasukkan secara aseptik paperdisk yang telah dicelupkan dalam masing-masing zat kimia (Iodium, Betadin, Alkohol dan Detergen). Diinkubasi selama 48 jam dan diamati diameter zona hambat.

2. Pengujian daya antibiotik
Dibuat biakan tabur masing-masing E. coli dan S. aureus. Setelah padat dan dingin, ditaruh secara aseptik paperdisk yang telah dicelupkan dalam masing-masing antibiotik (Amphicilin dan Amoxcilin). Diinkubasi selama 48 jam, diamati diameter zona hambat.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.       Pengaruh Desinfektan
Desinfektan
Pertumbuhan
S. sureus
E.coli
Alkohol 70%
-
Kontaminan
Betadine
-
Terbentuk zona bening
Iodium 10%
-
Kontaminan
Detergen
-
Kontaminan

2.      Deskripsi Gambar
 

Keterangan :
1.      Alkohol
2.      Deterjen
3.      Zona bening
4.      Betadine
5.      Iodium
6.      Kontaminan
7.      Kontaminan
8.      Kontaminan





3.      Pengujian Daya Antibiotik



 
Keterangan :
1.      Kontaminan
2.      Medium
3.      Amoxcilin
4.      Amphicilin

Diameter Luar  => Panjang = 2,8 cm
                                  Lebar    = 2,5 cm
            DD = 0,6 mm = 0,06 cm
            DL = Panjang + Lebar

Luas Zona Bening     = π {1/2 (DL – DD)}
                                    = 3,14 {1/2 (5,3 – 0,06)}
                                    = 3,14 (1/2 x 5,24)
                                    = 8,23             

V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini kita melakukan pengujian daya desinfeksi dan antibiotik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri. Berbagai macam desinfektan digunakan dalam percobaan ini, baik itu zat kimia maupun zat antibiotik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Dwijoseputro (1994: 87), bahwa usaha untuk memusnahkan mikroorganisme dengan menggunakan disinfektan yaitu zat kimia yang digunkan untuk mendisinfeksi deisebut dengan disinfeksi.
Praktikum kali ini dapat dilihat hasil pada percobaan biakan terhadap desinfeksi terhadap zat-zat kimia terhadap hasil yang didapat berupa zat bening, namun pada pengujian terdapat zona bening. Kegagalan pada pengujian zat-zat antibiotik yang terjadi pada saat kurang smpurna dan mengakibatkan pembiakan bakteri tidak kimia. Menurut pendapat Anonim (2011: 1), bahwa zat kimia yang sering digunakan adalah amoxilin, ciproflaxsin, betadine dan zat-zat lain. Medis yang digunakan dalam pemusnahan mikroorganisme secara medis yang bisa dipakai untuk menghindari infeksi pada alkohol juga digunakan untuk sterilisasi.
Faktor utama yang dapat menentukan bagaimana disinfektan bekerja adalah kadar disinfektan, waktu yang diberikan kepada disinfektan untuk bekerja, suhu disinfektan, jumlah dan tipe mikroorganisme yang ada dan bahan yang didisinfeksi. Menurut pendapat Volk (1993: 219), bahwa sejumlah faktor harus diperhatikan untuk melaksanakan tugas sebaik mungkin dalam larutan cair sekitar 37% formaldehide (formalin) dapat menghancurkan spora bakteri dan fungi, namun uapnya yang tajam mengganggu penggunaannya. Detergen merupakan agen aktif yang dapat mengeluarkan pengaruh disinfeksinya dengan perusakan membran dan denaturasi protein.
Disinfektan dan antiseptik berbeda terhadap antimikrobia yang aktif secara sistematik dalam hal toksisitas selanjutnya, yang mana mereka mempunyai toksisitas tidak hanya pada mikroba patogen tetapi juga pada sel inang. Oleh karena itu, mereka hanya dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada lingkungan mati atau pada permukaan kulit. Mereka dapat tidak diberikan secara sistematik. Menurut Jawetz (2005: 245)  bahwa cara kerja disinfektan ditentukan oleh konsentrasi, waktu dan suhu. Oleh karena solusi disinfektan atau gas tidak perlu berkontak dengan kulit manusia atau membran mukosa, maka toksisitas yang lebih tinggi masih dapat diterima, sehingga mereka dapt dipakai sebagai bahan-bahan anti mikrobia.
Bahan yang terakhir yaitu betadine yang tergolong senyawa Betapropiolakton. Sesuai dengan pendapat Anonim (2011: 2) bahwa senyawa atau substansi ini mempunyai sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan karena Betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat Betapropiolakton yang tersisa. Penggunaan air panas akan lebih efektif dibandingkan dengan air dingin.   Kemudian yang kedua, diberi sabun atau deterjen, dengan tujuan untuk melarutkan matriks lemak, dan yang terakhir, barulah dipakai desinfeksi.
Beberapa jenis desinfektan tidak langsung membunuh bakteri, tetapi hanya berperan untuk menghambat pertumbuhan dan kegiatan yang terjadi pada suatu jenis koloni bakteri saja. Sesuai dengan pendapat Waluyo (2005: 139) bahwa jenis desifektan antibiotik adalah suatu substansi (zat-zat) kimia yang diperoleh atau dibentuk dan dihasilkan oleh suatu jenis mikroorganisme, dan zat-zat kimia tersebut dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya penghambat yang sangat besar terhadap kegiatan yang dilakukan oelh suatu mikroorganisme yang lain.
Percobaan ini menghasilkan zona bening pada masing-masing cawan yang ada bakterinya dimana bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Menurut Irianto (2006: 78), bahwa untuk membandingkan kekuatan disinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat digunakan kertas cakram. Pada metode ini kertas cakram dengan diameter tertentu dibasahi dengan disinfektan lalu diletakkan dalam lempengan agar yang telah diinokulasikan selama 48 jam. Jika disinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka akan terlihat daerah jernih atau zona bening disekitar kertas cakram.
Deterjen tergolong senyawa yang bersifat basa. Sesuai dengan pendapat Waluyo (2005: 139) bahwa sabun bertindak terutama sebagai agent akti-permukaan, yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri bersama minyak dan partikel lain menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang dalam proses pencucian. Kemudian bahan yang lainnya yaitu fenol. Larutan fenol 2-4 % berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya dari pada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol : lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lainnya. Karbol ialah nama lain dari atau untuk fenol.
Praktikum ini digunakan beberapa bahan desinfektan yaitu alkohol, yodium, deterjen dan betadine. Sesuai dengan pendapat (Anonim 2011: 2) bahwa golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan aldehid. Beberapa bahan diantaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol. Golongan alkohol bekerja dengan denaturasi serta berdaya aksi dalam rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu diatas 30 menit. Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan kulit.
Disinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan infeksi. Meskipun dengan melakukan disinfeksi dapat tercapai keadaan steril, namun tidak seharusnya terkandung arti sterilisasi. Disinfeksi biasanya dilaksankan dengan dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fenol, formaldehide, klor, iodium, atau sublimat. Menurut Irianto (2006: 75-76) bahwa  pada susu, disinfeksi (bukan sterilisasi) dilakukan dengan pasteurisasi. Pada umumnya disinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel vegetatif yang lebih sensitif tetapi bukan spora-spora yang tahan panas.
Zat-zat antibiotik yang kita gunakan  jenis amoxicillin, karena jenis antibiotik amoxicillin ini tidak dapat membunuh suatu jenis bakteri, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya saja. Sesuai dengan pendapat Anonim (2011: 1) bahwa antibiotik jenis amoxicilin tidak dapat membunuh bakteri secara langsung, tetapi dengan cara mencegah jenis bakteri tersebut untuk membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya.

VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.     Daya tumbuh bakteri dipengaruhi oleh suhu, pH, dan senyawa-senyawa kimia yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri.
2.      konsentrasi alkohol yang paling efektif bergantung pada jumlah kelembaban yang ada.
3.      Secara sistematik desinfektan dan antiseptik berbeda anti mikrobia yang aktif.
4.      Pada pengujian daya antibiotik bahan yang digunakan adalah amoxilin dan amphiciln.
5.   Kontaminan terjadi oleh beberapa faktor seperti, kurang aseptik, pengaruh temperatur, substrat, dan konsentrasinya.

0 komentar:

Post a Comment

Cara Seo Blogger