PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Judul Praktikum : Pembuatan Nata de coco
Nama / Nim : Neddy
Ferdiansyah / 08101004016 Kelompok : IV (Empat)
Asisten : Novida R Sinaga Tanggal : 25 April 2013
I.
TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari cara pembuatan nata decoo secara fermentasi dan untuk mengenal
jenis bakteri yang berperan dalam pembuatan nata decoo.
II. LANDASAN TEORI
Nata De Coco merupakan jenis komponen
minuman yang terdiri dari senyawa selulosa (dietry fiber), yang
dihasilkan dari air kelapa melalui proses fermentasi, yang melibatkan jasad
renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal sebagai bibit nata. Bibit nata
sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan nama Acetobacter xylinum.
Dalam kehidupan jasad renik, bakteri dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
yaitu bakteri yang membahayakan, bakteri yang merugikan dan bekteri yang
menguntungkan. Adapun yang termasuk dalam kelompok bakteri yang membahayakan
antara lain adalah bakteri yang menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi,
sedangkan ternasuk dalam kelompok bakteri yang merugikan adalah bakteri
pembusuk makanan. Sementara yang termasuk dalam kelompok bakteri yang
menguntungkan adalah jenis bakteri yang dapat dimanfaatkan oleh manusia hingga
menghasilkan produk yang berguna. Acetobacter xylinum merupakan salah
satu contoh bakteri yang menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri asam
laktat pembentuk yoghurt, asinan dan lainnya (Anonim 2013: 1).
Nata yang
dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi
apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan
prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada factor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang
digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan
prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata
tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Oleh sebab itu, definisi nata yang
terapung di atas caian setelah proses fermentasi selesai, tidak berlaku lagi
(Winarno 1998: 19).
Bakteri Acetobacter xylinum akan
dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya
dengan Karbon dan Nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi
demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat
menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik
yang tumbuh pada air kelapa tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar
benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga
transparan, yang disebut sebagai nata (Kurniadi 1998: 21).
Air kelapa
yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak
optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan
oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam
asetat. Pada umumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai
suplemen pembuatan anta de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa,
sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat
sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis digunakan dan
paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi
warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat akan
mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang
dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat
berasal dari nitrogen organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast,
maupun Nitrogen an organic seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium
slfat. Namun, sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak kalah
jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organic. Bahkan diantara sumber
nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium sulfat. Kelebihan
yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi mikroorganisme lain
(Hidayat 1996: 12).
Asam asetat
atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau meningkatkan keasaman air
kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glacial (99,8%). Asam asetat
dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat
keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan
anorganik lain bias digunakan. Seperti halnya pembuatan beberapa makanan
atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape
biasa disebut ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut
starter. Bibit nat de coco merupakan suspensi sel A. Xylinum (Kurniadi
1998: 21).
Acetobacter
Xylinum merupakan bakteri
berbentuk batang pendek, yang mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron,
dengan permukaan dinding yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai
pendek dengan satuan 6-8 sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram
menunjukkan Gram negative. Bakteri ini
tidka membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur sel yang masih muda,
individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan. Koloni yang sudah tua
membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel koloninya (Hidayat
1996: 12).
Bakteri ini
dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propel alcohol, tidak
membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam asetat menjadi CO2
dan H2O. sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah memiliki
kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya
selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang
dominant mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan
nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami
pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara
teratur semua komponen di dalam sel hidup (Kurniadi 1998: 21).
Apabila bakteri
dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh melainkan beradaptasi
terlebih dahulu. Pada fase terjadi aktivitas metabolismedan pembesaran sel,
meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada
0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel
dengan kecepatan rendah. Fase
ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari.
Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase
sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (Hidayat
1996: 12).
III.
CARA KERJA
Disiapkan alat dan bahan yaitu air kelapa, gula pasir, amonium sulfat, dan asam asetat glasial. Disaring air kelapa dengan kain saring lalu di masukkan ke dalam panci dan di tambahkan gula pasir 10%, amonium sulfat 0,5% lalu di didihkan. Setelah itu di dinginkan dalam suhu kamar. Ditambah asam asetaa glasial 7,5 ml, di masukkan larutan ke dalam wadah. Lalu di tambahkan biakan Acetobacter xylinum 10%. Di tutup dengan kain kasa steril, dan di inkubasi selama 3 hari.
Di siapkan alat dan bahan, air kelapa di saring lalu di tambahkan gula pasir 10%, di tambahkan amonium sulfat 0,5% dan di didihkan. Dinginkan sampai mencapai suhu kamar. Di masukkan ke dalam wadah dengan tinggi 3 cm, di tutup dengan kain kasa lalu di inkubasi selama 14 hari, di jaga supaya tidak tergoncang.
Laporan Mikrobiologi
IV.
HASIL PENGAMATAN
No
|
Bahan
|
Ketebalan
nata
|
Karakteristik
nata
|
|
Hari
ke 7
|
Hari
ke 14
|
|||
1
|
Air kelapa
|
-
|
-
|
Pada hari ke-7 air masih bening
Hari ke-14 keruh
|
2
|
Air kelapa
|
-
|
-
|
Pada hari ke-7 air masih bening
Hari ke-14 keruh
|
3
|
Air kelapa
|
-
|
-
|
Pada hari ke-7 air masih bening
Hari ke-14 tidak terbentuk nata
|
4
|
Air kelapa
|
-
|
-
|
tidak terbentuk nata
|
IV.
PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan nata de coco ini yang bertujan untuk mempelajari
pembuatan nata de coco secara fermentasi dan mengetahui peranan mikroba dalam
pembuatan nata de coco di mana bakteri yang di gunakan adalah Acetobacter xylinum. Dan bahan yang di gunakan adalah air kelapa, gula pasir 10%, di tambahkan amonium sulfat
0,5%. Pada praktikum ini tidak di
dapatkan hasil apapun, hanya saja terjadi perubahan warna yaitu warnanya
menjadi keruh setelah inkubasi selama 14 hari.
Tidak terbentuknya nata pada praktikum ini mungkin di sebabkan oleh air
kelapa yang kurang baik. Menurut Anonim
(2013: 1) bahwa salah satu syarat dalam pembuatan nata de coco adalah terletak
pada air kelapa di mana air kelapa yang akan di guankan dalam pembuatan nata de
coco tidak boleh di tersimpan terlalu lama.
Pada saat di lakukan proses pembuatan nata de
coco pencampuran bahan-bahan seperti gula pasir 10%, di tambahkan amonium
sulfat 0,5% di lakukan secara bersamaan waktunya bersamaan dengan waktunya dengan pemasakan air kelapa. Jadi tidak menunggu setelah pendidihan air
kelapa dan pendinginan kembali hingga suhu nya berubah menjadi suhu kamar. Hal ini di lakukan agar tidak terjadinya
kontaminasi atau kemungkinan terjadinya kontaminasi akan kecil pada nata de
coco yang akan di hasilkan. Menurut
Winarno (1998: 19) menyatakan bahwa gula pasir yang terdapat di pasaran sering
menjadi sumber spora bagi berbagai macam mikroba sehingga pemakaian gula tanpa
pendidihan cenderung memindah beban kontaminasi. Spora akan berimigrasi selama proses
fermentaasi dan dapt menimbulkan cacat pada nata de coco.
Proses untuk terjadinya nata di butuhkan waktu 14
hari, pada suhu ruang 20 – 30 °C dan menggunakan Acetobacter xylinum.
Menurut Kurniadi (1998: 21) bahwa medium yang baik untuk nata de coco
mempunyai ph 4 – 4,5 dan pada suhu
ruang 20 – 30 °C selama pemeraman ini di butuhkan waktu 14 hari untuk
bakteri Acetobacter xylinum mengubah atau memanfaatkan gula sebagai sumber
tenaga. Dimana gula akan disintesa
menjadi selulosa dan sebagai hasil ikatan terbentuk cuka yang berfungsi
menurunkan pH medium sampai 2,5 sehingga medium semakin asam.
Digunakannya bakteri Acetobacter xylinum
karena aktifitas dari bakteri tersebut dapat memcah gula untuk mensintesa
selulosa ekstraseluler. Menurut Hidayat
(1996: 13) mengatakan bahwa selulosa yang terbentuk berupa benang-benang yang
bersama-sama dengan polisakarida membentuk suatu jalinan yang terus menebal
menjadi lapisan nata. Aktivitas
pembentukan nata de coco hanya terjadi pada kisaran pH antara 3,5 – 7,5 pada
suhu kamar.
Digunakan nya amonium sulfat pada pembuatan nata de coco ini adalah sebagai
sumber nitrogen untuk membantu pertumbuhan Acetobacter
xylinum padda pembuatan vinegar dan nata de coco. Menurut
Winarno (1998: 19) bahwa adapun pembuatan cuka dalam pembuatan nata de coco ini
adalah agar tercapai tingkat keasaman yang optimum bagi pertumbuhan Acetobacter xylinum di mana bakteri lain
terutama bakteri yang mengganggu pembetukan nata pada air kelapa tidak dapat
tumbuh.
Berbagai proses industri di gunakan untuk menghasilkan produk mikrobiologi
dan di pisahkan menjadi beberapa kategori berdasarkan kecenderungan penggunaan
produk akhir. Air kelapa yang digunakan
dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak
terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri
antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Menurut Dwidjoseputro
(2005: 70) bahwa sebagian besar mikroorganisme dapat di manfaatkan dalam
industri pangan antara lain minuman alkohol, vaksin dan pertambangan.
Nata yang terbentuk pada pembuatan nata yang berhasil biasanya sangat
bervariasi sesuai dengan pendapat Winarno
(1998: 19) bahwa nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya.
Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi
standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar
berdasarkan pada factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas
Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen
diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan
akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Oleh sebab itu,
definisi nata yang terapung di atas caian setelah proses fermentasi selesai,
tidak berlaku lagi.
VI. KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan maka, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Bakteri Acetobacter
xylinum mampu menghasilkan selulosa ekstraseluler yang di sebut dengan
nata.
2.
Kain
kasa di gunakan untuk mencegah kotoran masuk ke dalam media yang dapat
menyebabkan kontaminan.
3.
Tidak
terbentuknya nata pada percobaan ini adalah tidak tercampurnya rasio karbon dan
nitrogn secara optimal.
4.
Starter
merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan nata decoco.
5. Kualitas nata decoco ditentukan oleh air kelapa
yang digunakan.Laporan Mikrobiologi
0 komentar:
Post a Comment