Ads 468x60px

Saturday 31 January 2015

asa 31012015

Smua kejadian atas kuasa-Nya, tidak ada yg mustahil bagi-Nya, smua akan baik-baik saja,dengan pertolongan-Nya, smua akan brjalan baik dan kembali normal.
Aminnnnnnnnn

Sunday 25 January 2015

Lirik lagu masa lalu -sizan

Deru tetesan air mata
Ku rasa kini kering sudah
Meratapi masa laluku
Yang tak berpihak kepadaku

Kini engkau ada dimana
Ku tak tahu apa kabarmu
Mungkinkah nanti ku temui
Dirimu yang aku cintai

Tertulis kisah cerita kita
Begitu indah masa laluku
Dia menangis di pelukanku
Lalu berkata ”pertahankan aku”

* dimana kini masa laluku
Apakah engkau mendengar laguku
Yang telah tersaji hanya untukmu
Sebagai pelengkap cerita hidupku

Wednesday 7 January 2015

Dream is Real

Jika kita sanggup memimpikannya
maka kita sanggup meraihnya
(walt disney)

Penantian sebuah Asa

Dalam detik cemas ku membara
Dalam menit ragu ku berapi
Dalam jam resah ku bergejolak

Namun dalam Asa semua itu lenyap
Waktu untuk sebuah asa sangat menjadi penantian
yang rasanya sangat panjang untuk dilalui
segala cara dicoba agar waktu itu bergulir cepat menuju asa yang dinanti
Dalam benak hati berkata
Akan tiba Waktu saat asa itu hadir, membawa kebahagiaan

Makna Waktu

Waktu 1 tahun   >>> tanya pada orang yang gagal tes SBMPTN atau tes lainnya
Waktu 1 bulan   >>> tanya pada ibu yang melahirkan bayi prematur
Waktu 1 minggu>>> tanya pada editor majalah mingguan
Waktu 1 hari     >>> tanya pada buruh harian yang bekerja untuk keluarganya
Waktu 1 jam     >>> tanya pada siswa yang sedang mengerjakan ujian
Waktu 1 menit  >>> tanya pada orang yang ketinggalan pesawat dan kereta
Waktu 1 detik  >>> tanya pada orang yang selamat dari kecelakaan, pencopet saja sangat menghargai tiap detikny
Waktu 1 milidetik>>> tanya pada seorang yang mengikuti olimpiade lari

Waktu



Jika saya hidup sekali lagi..
Saya akan berusaha untuk melakukan lebih banyak kesalahan. Saya tidak akan berusaha untuk menjadi sempurna.
Saya akan lebih rileks. Saya akan menjadi lebih bodoh daripada sebelumnya.
Dalam kenyataannya, saya hanya akan menanggapi beberapa hal dengan serius.
Saya akan menjadi kurang higienis. Saya akan mengambil lebih banyak risiko. Mengambil liburan lebih banyak. Manatap tenggelamnya matahari lebih sering lagi. Mendaki lebih banyak gunung, merenangi lebih banyak sungai.
Saya akan mengunjungi lebih banyak tempat yang belum saya kunjungi. Saya akan lebih banyak makan es krim dan lebih sedikit buncis. Saya ingin mendapatkan lebih banyak masalah nyata dan sedikit masalah khayalan.
Saya merupakan salah satu dari orang-orang yang hidup layak. Dan sangat produktif dalam setiap menit kehidupannya; Tentu saja saya mempunyai momen-momen kebahagiaan.
Jika saya bisa kembali saya akan berusaha hanya untuk mendapatkan momen-momen yang baik. Karena apa bila tidak tahu sebelumnya, bahwa hidup ini menghasilkan: Hanya dari momen-momen; tidak kehilangan yang sekarang.
Saya merupakan salah satu dari mereka yang tidak pernah pergi ke mana pun tanpa sebuah termometer. Satu botol air hangat, sebuah payung, dan sebuah parasut.
Jika saya bisa hidup sekali lagi, saya akan berpergian lebih ringkas.
Jika saya hidup sekali lagi, Saya akan memulai untuk berjalan dengan kaki telanjang dari awal musim semi. Dan saya akan berjalan terus dengan kaki telanjang sampai musim gugur berakhir.
Saya akan lebih sering menaiki gerobak, merenungi fajar lebih sering lagi, dan bermain dengan lebih banyak anak-anak kecil, jika saya mendapatkan kehidupan yang lain di depan saya.
Tapi kalian sudah lihat, umur saya sudah 85 tahun,
Dan saya tahu bahwa saya sudah hampir mati.
Jorge Luis Borges [24 August 1899 – 14 June 1986]

Membeli waktu



Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul  21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu  sangat melelahkan baginya. Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah.  Sepertinya ia sudah menunggu lama.
“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja,  dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.
“Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”, kata sang anak.
“Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta  uang lagi ya?”, jawab sang ayah.
“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…” kata anaknya
.
“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. Setiap bulan  rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman.
Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.

“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur”
“Tapi papa..”
“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.
Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata  “Maafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu  juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?”
“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa.
“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tadi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. Karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa” Sang Papa cuma terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis..
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa  bekerja keras. Maafkan Papa anakku” kata sang Papa ditengah suara tangisnya.
Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papanya.
=================================================
Saya ingin bertanya kepada Anda saat ini..
Sebetulnya, apakah alasan Anda untuk bekerja sangat keras dan mencari kesuksesan karir Anda?
Demi uang yang banyak? Atau sesungguhnya demi keluarga Anda?
Seringkali kita bekerja terlalu sibuk sehingga kita melupakan bahwa di akhir, keluargalah yang terpenting.
Tidak ada gunanya Anda sukses tapi pada akhirnya keluarga Anda telah meninggalkan Anda atau hubungan Anda dengan keluarga telah rusak.
Sesungguhnya, untung anak tersebut bicara dan komunikasi dengan orang tuanya untuk mencurahkan perasaannya.

Semut dan Lalat



Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta di atas sebuah tong sampah di depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah. Kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat.
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar,” katanya. Setelah kenyang, si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.
Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik, demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang, si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan. Esok paginya, nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di lantai.

Tak jauh dari tempat itu, nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Dan ketika menjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.
Dalam perjalanan, seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, “Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini. Sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu. Namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama.” Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya, namun kali ini dengan mimik dan nada lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini.”
Para pemenang tidak melakukan hal-hal yang berbeda, mereka hanya melakukannya dengan cara yang berbeda.

Putus asa dan Marah



Alkisah, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya masih berserakan dan tidak merapikannya.
Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji.
Tajamnya mata gergaji, menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.
Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.
Ia pun membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati..
Kadangkala, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri.
Mengapa? Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari..
Cara Seo Blogger